Alloh, malaikat, rosul, kiamat, dan takdir tak bisa kita temui langsung.
Al-Qur'an satu dari kitab Alloh yang sampai saat ini masih bisa kita
temui, pelajari, dan selami menjadi satu kunci nyata untuk semakin
mengenal rukun iman yang lain. Kita tidak bisa hanya mengimani bahwa
Al-Qur'an itu ada dan termasuk dalam rukun iman, kita perlu "melihatnya"
karena memang ada dan bisa dilihat langsung.
Al-Qur'an itu mukjizat yang tak akan habis, luar biasa, sains semakin
membuktikan kedahsyatan Al-Qur'an. Namun apa yang mulai menggejala?
Al-Qur'an begitu dikagumi tapi tak dijadikan pedoman diri. Serupa dengan
hal itu, kita begitu membanggakan manusia terbaik bernama Muhammad bin
'Abdullah, seorang nabi dan rosul akhir zaman tapi kita tak
menjadikannya tauladan, tak berinisiatif meraih kesuksesan sebagaimana
beliau.
Kian ke belakang Islam nampak hanya berupa simbol-simbol di berbagai
tempat. Benarlah sabda Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam, “Akan datang pada manusia satu zaman, di kala itu Islam
tidak tinggal melainkan namanya dan Al-Quran tidak tinggal melainkan
tulisannya, mesjid-mesjid yang indah namun kosong dari
petunjuk, ulamanya-ulamanya termasuk manusia paling jelek yang berada di
bawah langit, karena dari mereka timbul beberapa fitnah dan akan
kembali kepadanya” (HR. Baihaqi)
Ini fenomena tak terbantahkan yang harus kita sadari dan segera perlu dikoreksi. Alloh menjanjikan kemenangan, itu pasti. Kita hanya harus memantaskan diri untuk menyongsong kemenangan itu.
Islam mulai luntur dari kehidupan kita perlahan-lahan. Syariat Islam berubah menjadi hanya nilai-nilai dan prinsip islam. Jihad Qital hanya dimaknai bersungguh-sungguh.. Jilbab
kain direduksi menjadi jilbab hati, pemikiran yang nampaknya islami
tapi sama sekali bukan bagian dari Islam. Kenyataan diganti pendapat dan
pandangan. Fiqh yang seharusnya menurut Rosululloh, diganti menurut
saya.
Dalam bidang muamalah, alat tukar
yang seharusnya berupa komoditi diganti kertas berjamin (baca: uang
kertas). Semakin lama uang kertas pun lantas digantikan angka-angka di
layar komputer. Adanya hanya diyakini, tak butuh dilihat.
"Saya punya uang Rp 100.000.000,00!"
"Mana?"
"Ini buku rekening bank saya"
"Itu kan hanya angka?"
So, mari kita hidup di dunia nyata, beriman dan beramal sholih secara nyata.
Comments :
0 komentar to “Percaya KeberadaNya Tanpa MelihatNya? ”
Posting Komentar