Sindrom Edwards
pertama kali dideskripsikan oleh John Hilton Edwards pada tahun 1960. Sindrom
yang biasa disebut trisomi 18 ini merupakan suatu kelainan kromosom yang
disebabkan adanya penambahan satu kromosom pada pasangan kromosom autosomal
nomor 18. Mengapa hal tersebut bisa terjadi? Pada umumnya, manusia normal
memiliki 46 kromosom, 22 pasang kromosom somatik (autosom dengan simbol 22AA)
dan 1 pasang kromosom kelamin (gonosom dengan simbol XX untuk perempuan dan XY
untuk laki-laki). Namun, pada beberapa kasus, terdapat variasi jumlah kromosom
yang disebabkan oleh beberapa hal. Hal itu yang disebut aneuploidi. Aneuploidi
menyebabkan adanya variasi jumlah kromosom, ada pasangan kromosom yang
kekurangan satu kromosom, sehingga hanya tersisa satu kromosom (monosomi), ada
pula yang kelebihan satu kromosom, sehingga pasangan kromosom tersebut memiliki
tiga kromosom, disebut trisomi, seperti yang dijumpai pada Sindrom Edwards.
Selain trisomi, terdapat istilah lain seperti tetrasomi (4) dan pentasomi (5)
untuk penambahan jumlah kromosom yang lebih banyak lagi.
Pada
beberapa literatur, dituliskan bahwa sindrom ini akan muncul 1 pada setiap 3000
kelahiran, namun terdapat literatur lain yang menyebutkan kemungkinan yang
lebih yang kecil lagi, yaitu 1 di setiap 6000 kelahiran dan 1 di setiap 8000
kelahiran. Seperti halnya sindrom Down, sindrom Edwards kerap terjadi seiring
dengan usia ibu yang semakin meningkat. Seperti yang sudah dijelaskan di atas,
penderita sindrom Edwards memiliki tambahan kromosom pada pasangan kromosom
nomor 18 nya, tambahan kromosom inilah yang menimbulkan masalah bagi penderita.
Tambahan jumlah kromosom ini bisa terdapat di keseluruhan sel somatik tubuh,
bisa juga hanya terdapat di sebagian sel saja yang disebabkan karena
translokasi. Efek dari tambahan kromosom ini sangat bervariasi, tergantung pada
riwayat genetik dan kesempatan serta sejauh mana tambahan kromosom ini
berperan.
Sel
telur dan sel sperma yang sehat, masing-masing memiliki kromosom individu yang
berkontribusi memberikan 23 pasang kromosom yang dibutuhkan untuk membentuk sel
manusia normal dengan 46 kromosom. Kesalahan numerik dapat timbul pada salah
satu dari dua meiosis dan menyebabkan kegagalan kromosom untuk berpisah ke
dalam sel anak (nondisjunction). Hal ini menyebabkan kromosom ekstra, membuat
jumlah haploid sebanyak 24, bukan 23. Fertilisasi sel telur atau inseminasi
oleh sel sperma yang memliki kromosom ekstra, akan menghasilkan trisomi, atau
tiga salinan kromosom lebih dari dua. Oleh karena itu, tambahan kromosom
biasanya terjadi sebelum konsepsi.
Trisomi
18 terjadi karena nondisjunction/gagal berpisah saat meiosis. Karena
nondisjunction, sebuah gamet (sperma atau sel telur) diproduksi dengan kromosom
tambahan pada kromosom ke 18, jadi gamet itu memiliki 24 kromosom (normal; 23).
Saat gamet itu bergabung dengan gamet normal dari orang tua lain, embrionya memiliki
47 kromosom dengan tiga kromosom pada kromosom nomor 18.
Karena
sudah pada tahap kromosom, anomali ini akan diteruskan pada setiap sel yang ada
di tubuh penderita. Akibatnya timbul berbagai kelainan dalam perkembangan janin
Comments :
0 komentar to “Sindrom Edwards”
Posting Komentar