Perhatikan Potensi dan Bakat Anak Anda |
ngkin karena terlalu sering menonton "Ninja Warriors" anak itu jadi ikut-ikutan melatih ototnya. Ia bergelantungan di dahan pohon rambutan berbentuk huruf Y lalu menaikturunkan tubuhnya dg kekuatan tangan. Anak itu sering bercerita padaku tentang pengalamannya di sekolah maupun ketika bermain di kampung, tentang memukul teman, mendorong, mencekik atau biasa kita menyebutnya berkelahi. Seringkali aku hanya mendengarkan, kupikir wajar anak-anak berkelahi karena aku dulu juga begitu waktu seusianya. Dulu perseteruan dg kakak kelas SD kami lampiaskan melalui permainan-permainan tradisional atau olahraga, intinya tetap berkelahi.
Pada suatu sore anak itu bercerita padaku. "Mas, aku ki juara siji terus lho, nek lari." bangganya.
"Tenane?"
"Tenan. Mau mubeng lapangan bal-balan aku nomer siji, gek anu kae yo ho'o, terus lari sprint yo juara..."
Hebat bukan? Tapi tahukah anda bahwa anak itu tahun kemarin tidak naik kelas? Ia kurang pandai matematika.
Di waktu yg lain anak-anak kecil sekampungku ramai membawa senapan karet. Senapan itu terbuat dari beberapa batang lidi yg dirangkai dg karet gelang dan diberi peluru karet gelang pula. "Lagi ungsum (sedang musim)" kami biasa menyebut suatu permainan ketika banyak dimainkan. Permainan itu perlahan akan diganti permainan baru dan seterusnya akan "ungsum" lagi. Aku iseng menanyakan pada anak-anak itu, "Sing ngajari nggawe ngeneki sopo e cah?"
Tahukah anda? Penemu permainan itu ternyata seorang anak yg juga pernah tidak naik kelas bahkan dicap nakal. Ia tinggal di sebelah rumahku. Kebiasaannya memukuli kaleng dan ember layaknya satu set drum. Ia juga pernah membuat dua buah Jathilan (kuda lumping) dari kardus dan dipajang di atas pintu depan rumahnya. Ia kelas empat SD.
Ada satu lagi kisah tentang seorang yg terkenal sebagai ahli elektronik di kampung kami. Ia begitu mahir merangkai komponen elektronika dan kelistrikan. Seluk beluk tape, salon dan sound system ia kuasai dg baik. Tahukah anda? Ia hanya beberapa semester kuliah di jurusan elektro lalu berhenti.
Pada suatu sore anak itu bercerita padaku. "Mas, aku ki juara siji terus lho, nek lari." bangganya.
"Tenane?"
"Tenan. Mau mubeng lapangan bal-balan aku nomer siji, gek anu kae yo ho'o, terus lari sprint yo juara..."
Hebat bukan? Tapi tahukah anda bahwa anak itu tahun kemarin tidak naik kelas? Ia kurang pandai matematika.
Di waktu yg lain anak-anak kecil sekampungku ramai membawa senapan karet. Senapan itu terbuat dari beberapa batang lidi yg dirangkai dg karet gelang dan diberi peluru karet gelang pula. "Lagi ungsum (sedang musim)" kami biasa menyebut suatu permainan ketika banyak dimainkan. Permainan itu perlahan akan diganti permainan baru dan seterusnya akan "ungsum" lagi. Aku iseng menanyakan pada anak-anak itu, "Sing ngajari nggawe ngeneki sopo e cah?"
Tahukah anda? Penemu permainan itu ternyata seorang anak yg juga pernah tidak naik kelas bahkan dicap nakal. Ia tinggal di sebelah rumahku. Kebiasaannya memukuli kaleng dan ember layaknya satu set drum. Ia juga pernah membuat dua buah Jathilan (kuda lumping) dari kardus dan dipajang di atas pintu depan rumahnya. Ia kelas empat SD.
Ada satu lagi kisah tentang seorang yg terkenal sebagai ahli elektronik di kampung kami. Ia begitu mahir merangkai komponen elektronika dan kelistrikan. Seluk beluk tape, salon dan sound system ia kuasai dg baik. Tahukah anda? Ia hanya beberapa semester kuliah di jurusan elektro lalu berhenti.
Comments :
0 komentar to “Perhatikan Potensi dan Bakat Anak Anda”
Posting Komentar